Sistem reproduksi cacing tanah memang bersifat hermaprodit atau
setiap cacing tanah memiliki alat kelamin jantan dan alat kelamin betina sekaligus. Meskipun
begitu untuk bereproduksi mereka harus melakukan perkawinan silang dengan cara
bertukar spermatozoid melekatkan bagian depanya (anterior) dengan posisi saling
berlawanan.dari hasil perkawinan ini kemudian akan dihasilkan kokon atau butir
telur ang nantinya akan terlepas dari tubuh cacing pada hari ketujuh hingga
hari keepuluh setelah proses perkawinan. Antara 10-14 hari kemudian kokon akan
menetas dan menghasikan bibit cacing tanah.
Siklus cacing tanah bisa hidup antara
1-5 tahun, namun rata-rata hidup selama 2 tahun. Siklus hidupnya dimulai dari
kokon, cacing muda, cacing produktif, dan cacing tua. Cacing akan menjadi
dewasa dan siap kawin seelah berumur 2-3 bulan terhitung semenjak menetas dari
kokon. Namun masa produktif cacing dewasa terjadi pada umur 4-11 bulan, yakni
ketika cacing tanah sudah mempunyai alat perkembangbiakan yang diseb ut
denganklitelum. Klitelum yang terlihat seperti cincin ini sebenarnya m erupakan bagian dari tub uh yang enebal dan letakya pada segmen 26-32 dari
bagian atas tubuh cacing tanah. Warnanya lebih terang daripada warna tubuh
lainnya. Klitelum inilah yang akan mengeluarkan protein dan membentuk kokon
setelah terjadi proes perkawinan silang.
Ketika dewasa, panjang tubuhnya
sekitar 8-14cm dan jumlah segmennya agara 85-140 buah. Warna tubuh bagian
punggung coklat merah hingga kemerahan. Sedangkan warna tubuh bagian perut
krem. Cacing dewasa yang berumur 3 bulan dapat menghasilkan 3 kokon/ minggunya
dan didalam kokon terdapat telur dengan jumlah antara 2-20 butir. Telur
tersebut akan menetas menjadi juvenil (bayi cacing) setelah 2-5 minggu. Rata2
persentase hidup bibit cacing adalah 2 ekor/ kokon.